TUGAS KE- X
Ibu Sitti
Rahmawati
FAKULTAS FARMASI
TUGAS X
BAHASA INDONESIA
DIANA SYAM MULIADI
150 2012 0131
W2
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
FORUM UB
1. Pada pertengahan bulan Juni 2005, Istri saya
melahirkan dengan baik (walau dengan operasi caesar), bayi kami sehat tidak
kurang suatu apapun, beratnya 3.150 Kg dengan panjang 49 Cm. Sekali lagi Kami
sangat bahagia atas peristiwa ini. Kembali Segala saran-saran dokter (Dokter
Anak: Prof. "R" di RS "A") kami laksanakan dengan baik,
minum vitamin-vitamin, susu ibu menyusui, menjaga kesehatan
makanan/perlengkapan makan, makan makanan bergizi, menjaga pantangan-pantangan
dalam merawat bayi. Dan rutin melakukan Imunisasi.
2. Disinilah mulai timbul bencana pada keluarga
kami, pada saat anak/bayi kami berusia +/- 7 bulan, untuk kesekian kalinya kami
datang untuk imunisasi, pada saat itu kami datang ke dr Anak kami Prof.
"R" di RS "A" , namun pada saat itu beliau tidak masuk, diganti
oleh dokter pengganti/wanita yang masih muda/mungkin dokter baru (namun saya
lupa namanya). Begitu melihat jadwal pada buku RS anak saya, dokter tersebut
langsung siap melakukan imunisasi terhadap anak saya, "hari ini imunisasi
HIB ya ?!", saya & istri tahu bahwa imunisasi HIB tersebut salah
satunya untuk mencegah radang Otak, makanya Istri saya sempat bertanya,
"dok, seandainya imunisasi ini tidak dilakukan bagaimana ya ?!", lalu
dokter pengganti tersebut menjawab dengan nada agak ketus, "apakah ibu mau,
anak ibu jadi Idiot?! (sambil memperagakan tampang muka orang yang idiot dengan
lidah dijulurkan keluar)". Karena begitu sayangnya kami dengan anak kami,
sudah barang tentu kami tidak mau anakkami idiot, lagi pula saya saat itu
berfikir demi kesehatan anak kami tentulah kami menuruti apa kata dokter yang
lebih tahu/berpengalaman dengan imunisasi tersebut. Lalu tanpa memeriksa dengan
seksama kondisi anak kami dalam keadaan fit/tidak, dan perlu tidaknya imunisasi
tersebut kembali diberikan kepada anak saya (karena sebelumnya pada saat
berumur +/- 5 bulan anak kami telah pernah diberikan imunisasi HIB I) dokter
pengganti tersebut langsung memberikan suntikan imunisasi HIB II kepada anak
saya.
3. Dua hari setelah pemberian imunisasi HIB yang
kedua tersebut anak kami mengalami panas, lalu turun, panas lagi lalu turun ( 2
atau 3 hari sekali pasti mengalami panas ) dan anehnya panasnya hanya dikepala
dan di pundak/leher serta di ketiak saja, badan/tangan dan kakinya tidak. Hal
ini berlangsung +/- selama dua minggu, jika sedang panas, panasnya pernah
sampai 40,6 derajat C.
4. Sewaktu di kantor saya sempat bertanya kepada
rekan-rekan yang masih/pernah punya anak kecil mengenai panas anak saya, banyak
diantara mereka yang bilang panas setinggi itu berbahaya, malah sebagian teman
bilang anaknya panas "cuma" 38 derajat C saja sudah
Step/kejang-kejang, namun sampai hari itu anak saya belum pernah
Step/kejang-kejang, padahal panasnya beberapa kali sampai 40 derajat C, dan
biasanya akan turun dengan sendirinya, paling-paling hanya rewel, susah tidur.
Saya mulai Panik dan khawatir, takut jika anak saya tiba-tiba kejang/step di
rumah.
5. Dan Saya mulai ke dokter, kebetulan di dekat
rumah ada dokter Umum di RS. "D" (Berhubung waktu itu hari minggu
tidak ada dokter Spesialis anak yang Buka). Dokter tersebut memberikan beberapa
macam obat, ada yang syrup, ada yang serbuk. Setelah memakan obat-obatan
tersebut selama 3 hari, anak kami masih belum membaik (panasnya masih naik
turun), lalu kami ke RS "A" tempat dokter anak saya Prof. "R"
dimana selain diberi obat-obatn juga disarankan untuk memeriksakan darah anak
saya ke Lab. (waktu itu saya langsung periksakan anak saya ke Lab.
"P" yang sudah berpengalaman), Karena setelah kami ketahui hasilnya
"negatif/tidak ada penyakit" dan obat dari Prof. "R" di RS
"A" juga belum efektif menyembuhkan panas anak saya, akhirnya saya
membawa anak saya ke RS "B" Cikini (karena saya tahu di RS
"B" ada ruang perawatan anak, jika memang anak saya perlu di rawat).
Penjelasan dan
pnilaian saya :
Menurut
saya paragrap dari tulisan diatas sudah
cukup baik dan bagus. Oleh sebab itu, saya tidak memperbaiki lagi penyusunan
paragrapnya. Karena, dilihat dari sisi penulisan Dan durasi cerita sudah
tersusun rapi. Dan si penulis menggunakan bahasa yang mudah di pahami untuk
setiap kalangan pembaca. Hal ini yang sangat di butuhkan karena banyak sekali
kalangan masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan yang menggunakan
bahasa yang santai dan mudah dimengerti. Bukannya bahasa Ilmiah yang hanya
kalangan orang-orang yang berpendidikan yang dapat paham maksud si penulis.
Untuk itu penjelasan dan penilaian saya sudah cukup jelas mengenai paragraph
diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar